Sunday, November 28, 2010

MUSA

Musa berlari sepantas mungkin. Bunyi sang pungguk bercampur aduk dengan bunyi degupan jantung Musa, nyata kedengaran kuat di dalam kepiluan sang malam. Musa terus berlari menuju ke rumah sewanya. Masuk sahaja ke dalam rumah, Musa mengunci pintu sehabis mungkin. Kesemua tingkap ditutup erat dan di labuhkan langsir. Musa segera menuju ke kamar tidurnya di tingkat atas.

Musa membaluti diri dengan comforter. Terasa bayu malam ini sangat sejuk. Namun peluh-peluh dingin mula membanjiri segenap raut muka Musa. Matanya melilau memandang kiri kanan seperti mencari sesuatu. Kemudian perhatian Musa tertumpu kepada almari usang tempat dia mengisi pakaian, yang terletak di sudut bilik yang bersepah tidak terurus. Musa tidak berkelip memerhatikan almari usang itu.

Musa menuju ke almari usang itu. Di suatu sudut dalam almari itu  Musa mengambil satu kotak hitam yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Kotak itu perlahan-lahan Musa buka.Kotak itu menyimpan segala memori Musa bersama Jamilah. Musa membelek kotak hitam itu. Musa melihat isi kandungan kotak itu. kemudian, Musa mengisi kotak hitam itu dengan sehelai baju tidur wanita yang berlumuran darah. Musa tersenyum.


1 comment:

  1. lu wat cite ni jadi lagi dark...
    nantikan JAMILAH dari gua

    ReplyDelete